Selasa, 23 April 2013

BIAYA PERAWATAN DIARE RASIONAL LEBIH RENDAH DIBANDING TIDAK RASIONAL (RATIONAL COST OF DIARRHEA TREATMENT IS LOWER THAN THE IRRATIONAL)

Cholik Harun R1*), Eulis Liawati2)
1)FIKES Universitas Muhammadiyah Ponorogo
Jl. Budi Utomo No. 10
2)Akper Pemkab Ponorogo
Jl. Wibisono 123 C Ponorogo
*)e-mail: rosjidi_renny@yahoo.co.id
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pola perilaku pencarian pengobatan diare di Kabupaten Ponorogo dan seberapa besar biaya yang seharusnya dapat dihemat dari perilaku yang tidak rasional tersebut. Jenis penelitian observasional dengan rancangan cross sectional. Responden semua ibu yang balitanya menderita diare sebanyak 100 orang. Uji analisis data dengan bivariat dan uji statistik menggunakan independent t-test digunakan untuk menganalisis perbedaan total biaya pengobatan diare dengan taraf signifikansi p < 0,05. Proporsi perilaku perawatan diare sebagian besar kategori tidak rasional (60%). Terdapat perbedaan biaya perawatan diare rasional dengan tidak rasional. Perilaku perawatan diare tidak rasional membutuhkan biaya lebih besar dibanding perilaku perawatan diare rasional.
Kata kunci: penanganan diare, tidak rasional, biaya
ABSTRAK
This research was conducted to analyze the way how to find out a diarrheal treatment in Ponorogo regency and to estimate the economical cost of the irrational diareal treatment. This was an observational research that used cross sectional design. The number of respondent of the research was 100 children with diarrheal disease. To analyze the different between diarrheal cost treatment, the resesearcher used a statistical test of independent t-test with level of significance p < 0,05. The finding of diarrheal treatment behaviour revealed that most of it was catagorized irrational (60%) which effected the higher cost of treatment.
Keywords: diarrheal treatment, irrasional, cost
LATAR BELAKANG
Diare masa kanak-kanak adalah suatu masalah yang umum yang ditemui oleh tenaga kesehatan terutama pelayanan primer. Diare akut secara khas disebabkan oleh virus, umumnya
2
sembuh sendiri dan tidak memerlukan pengobatan yang spesifik. Fakta menunjukkan bahwa ada permasalahan mendasar pada penanganan diare pada anak yang mestinya dapat ditangani oleh keluarga untuk mencegah jatuh pada kondisi dehidrasi dan akhirnya dibawa ke rumah sakit yang memerlukan biaya yang tinggi, namun data menunjukkan angka masuk rumah sakit cukup tinggi. Hal ini menimbulkan pertanyaan bagaimana pengetahuan orang tua tentang cara perawatan diare yang tepat?. Bagaimana orang tua memberikan perawatan pada anak diare?. Berapa beban biaya yang harus ditangung keluarga pada saat anaknya menderita diare?.
Data SDKI (2002) menjelaskan bagaimana pola pengobatan diare oleh keluarga di Indonesia yang tidak rasional seperti hanya 51% anak di bawah lima tahun yang mengalami diare dibawa ke fasilitas atau tenaga kesehatan, kemudian 36% anak yang diberi rehidrasi oral, 14% anak tidak mendapat pengobatan sama sekali. Studi yang ada memperlihatkan bahwa 30-55% GE pada anak yang masuk rumah sakit disebabkan oleh rotavirus. Dengan penemuan rotavirus sebagai penyebab diare berarti antibiotika hanya diperlukan jika penyebab diare oleh karena infeksi. Data lain menunjukkan bahwa pada 1996 didapatkan 871 penderita diare yang dirawat dengan kondisi dehidrasi ringan 5%, dehidrasi sedang 7,1%, dan dehidrasi berat 23%. Kemudian pada 2000 terdapat 1.160 penderita diare dengan 19,56% mengalami dehidrasi ringan, 57,59% dehidrasi sedang dan 10% mengalami dehidrasi berat dengan angka kematian 3,01% (Soegeng, 2002). Menurut Bank Dunia biaya perawatan medis rotavirus di negara berkembang sebesar 2,6 juta US dolar pertahun, tidak termasuk perhitungan biaya penyakit tidak langsung (Fruhwirth et al., 2001). WHO (2005) melaporkan sebuah penelitian terhadap biaya yang berkaitan dengan pengobatan bagi pasien rawat inap usia kurang lima tahun di Kuba dan Filipina menunjukkan bahwa biaya rata-rata perkasus pengobatan di rumah sakit sekitar US$50 pada tahun 1989, dengan total biaya pengobatan di rumah tangga diperkirakan mencapai lebih dari US$276.128. Data-data di atas lebih menekankan pada biaya langsung, sedangkan biaya yang dikeluarkan oleh keluarga sebelum di bawa ke fasilitas kesehatan belum banyak diteliti. Di Indonesia data tentang besar biaya yang dikeluarkan akibat diare belum diketahui secara pasti, padahal diare akut dapat terjadi beberapa kali setiap tahunnya pada balita, rata-rata setiap tahunnya 3,2 episode diare pada setiap anak.
Faktor persepsi individu memegang peranan besar yang memengaruhi perilaku. Persepsi individu bersifat subjektif maka sering tidak sesuai dengan realitas, dan menurut Rosensstock (1982) yang dikutip oleh Sarlito (2004) persepsi subjekti merupakan kunci dari suatu perilaku. Penelitian oleh Soemarno (2005) menjelaskan bagaimana bervariasinya persepsi dan perilaku masyarakat dalam mengobati diare. Penyebab diare dipersepsikan karena masuk angin, terlalu lama mandi dan makanan kecut dan diare bukan disebabkan makhluk halus. Beberapa perilaku pengobatan diare diawali oleh pengobatan tradisional, obat dari warung dan terakhir bila belum sembuh baru dibawa ke petugas kesehatan. Perilaku pencarian pengobatan yang tidak rasional akan membawa dampak yang merugikan pada pasien dan keluarga seperti kemungkinan efek samping dan kebutuhan biaya tambahan yang besar. Prinsip pengobatan diare akut sangat sederhana, murah dan efektif untuk
3
mengatasi diare. Pencegahan dan pengobatan diare selain paket oralit adalah cairan yang umumnya ada di rumah, pemberian air susu ibu (ASI), teruskan pemberian makanan. WHO (2006) menyatakan bahwa oral rehidration teraphy (ORT) merupakan langkah awal tepat dan efektif untuk melawan diare akut pada anak yang mampu menurunkan angka kematian balita dari 4,5 juta menjadi 1,8 juta. Pertolongan diare ditentukan kecepatan dan ketepatan pemberian pengganti cairan yang telah keluar sesuai derajat dehidrasi. Pertolongan harus dimulai dari awal, dimulai dari rumah tangga oleh orang tua, sehingga pengetahuan orang tua tentang cara-cara penanganan awal diare sangat penting. Prinsip tatalaksana dalam menangani diare akut menurut WHO terdapat empat hal yaitu: 1) penggantian cairan (rehidrasi), yang diberikan secara oral untuk mencegah dehidrasi dan mengatasi dehidrasi yang sudah berlangsung; 2) pemberian makanan terutama ASI selama diare dan masa penyembuhan; 3) tidak menggunakan obat anti diare, antibiotika digunakan hanya pada kasus kolera dan disentri; 4) petunjuk bagi orang tua serta pengasuhnya tentang bagaimana merawat anak sakit terutama cara pembuatan oralit, tanda-tanda penyakit diare yang mengharuskan dibawa ke petugas kesehatan, pencegahan diare.
Departemen kesehatan (2002) membuat pedoman tatalaksana diare yang dijelaskan sebagai berikut, tahap pertama adalah menilai derajat dehidrasi dan tahap kedua menentukan rencana pengobatan. Derajat dehidrasi ditentukan berdasarkan hasil pengkajian fisik yang meliputi keadaan umum, kondisi mata, air mata, mulut dan lidah, rasa haus dan turgor kulit. Hasil penilaian dari derajat dehidrasi dijadikan dasar untuk menentukan rencana pengobatan. Perilaku yang harus dilakukan oleh masyarakat, kader dan orang tua bila anaknya sedang menderita diare adalah pertama bagaimana melakukan perawatan saat diare berlangsung di rumah tangga dan bagaimana cara mencegah penyakit diare. Norma sehat merupakan tujuan utama promosi kesehatan pemberantasan penyakit diare (Depkes, 2003). Perawatan anak diare dapat dilakukan sendiri oleh keluarga dan apabila perawatan tidak berhasil dan menunjukkan kondisi yang tidak membaik maka bawa anak ke fasilitas kesehatan. Beberapa hal yang harus dilaukan keluarga (Depkes, 2002) adalah:
1. Beri lebih banyak minum cairan yang ada di rumah tangga, yaitu air tajin, air teh, kuah sayur, air sup dan oralit.
2. Teruskan pemberian makanan.
3. Bawa anak ke sarana kesehatan untuk mendapatkan pertolongan lanjutan, bila anak tidak membaik selama 3 hari atau ada salah satu tanda berikut: diare terus menerus, muntah berulang-ulang, rasa haus yang nyata, tidak bisa makan/minum, demam dan ada darah dalam tinja.
Biaya pengobatan diare yang rasional pada tingkat keluarga sangat rendah, karena hanya oralit atau menggunakan cairan yang ada di keluarga. Perilaku pengobatan yang tidak rasional pasti akan meningkatkan beban biaya dan hanya memberikan manfaat kecil atau tidak sama sekali. Santoso dkk (2003) mendapatkan bahwa salah satu dampak pengobatan irasional di bidang ekonomi adalah pengobatan menjadi mahal.
4
METODE
Jenis penelitian ini adalah observasional dengan memakai rancangan cross sectional, yang mempelajari perbedaan antara biaya perawatan diare dan perilaku ibu dalam pengobatan diare secara serentak pada individu dari populasi tunggal, pada waktu yang sama. Penelitian dilakukan di RSU Kabupaten Ponorogo dan RSU Aisyiyah Ponorogo Jawa Timur pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2008. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu balita diare Kabupaten Ponorogo. Besar sample sebanyak 100 responden yang dipilih dengan tehnik purposive sampling dengan karakteristik ibu balita diare yang bersedia menjadi partisipan.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan alat ukur kuesioner yang disusun berdasarkan alat ukur evaluasi program penanganaan diare oleh Pusdiknakes tahun 2002. Instrumen penelitian dijelaskan sebagai berikut:
1. Untuk balita terdiri dari 3 butir pertanyaan tertutup dan terbuka, meliputi jenis kelamin, umur, lama perawatan di rumah.
2. Untuk responden terdiri dari 4 butir pertanyaan tertutup, meliputi nama, jenis kelamin, umur, pekerjaan, pendidikan.
3. Alat ukur perilaku orang tua dan biaya. Pertanyaan perilaku orang tua dengan menggunakan kuesioner terbuka dan tertutup terdiri dari dua sub yaitu: 1) pengobatan yang diberikan; 2) fasilitas pengobatan yang digunakan. Data biaya dikumpulkan dari pembayaran/biaya yang dikeluarkan akibat perilaku pengobatan menurut sudut pandang keluarga.
Uji analisis statistik yang digunakan yaitu: 1) analisis univariat dengan semua variabel yang disusun secara deskriptif dengan tabel frekuensi, gambar maupun grafik; 2) analisis bivariat dengan menggunakan uji independent t test digunakan untuk menganalisis perbedaan total biaya pengobatan diare dengan taraf signifikansi p < 0,05.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Analisis Univariat
Karakteristik Responden Dan Balita Berdasar Umur Balita, Jenis Kelamin Balita, Umur Ibu, Tingkat Pendidikan Ibu, Pekerjaan Ibu Dan Pendapatan Keluarga
Tabel 1. Karakteristik responden dan balita berdasar umur balita, jenis kelamin balita, umur ibu, tingkat pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan pendapatan keluarga
No
Umur Balita (bulan)
n
%
1.
< 6
20
20,0
2.
6-24
44
44,0
3.
25-60
36
36,0
5
Jumlah
100
100,0
No
Jenis Kelamin balita
n
%
1.
2.
Laki-laki
Perempuan
53
47
53,0
47,0
Jumlah
100
100,0
No
Umur Ibu (tahun)
n
%
1.
< 30
43
43,0
2.
≥ 30
57
57,0
Jumlah
100
100,0
No
Pendidikan Ibu
n
%
1.
SD
11
11,0
2.
SMP
21
21,0
3.
SMA
46
46,0
4.
PT
22
22,0
Jumlah
100
100,0
No
Pekerjaan Ibu
n
%
1.
2.
3.
4.
5.
6.
PNS
Tani
Suasta
Buruh
Wirasuasta
Ibu rumah tangga
Jumlah
6
14
30
2
21
27
100
6,0
14,0
30,0
2,0
21,0
27,0
100,0
No
Pendapatan
n
%
1.
2.
< 500.000
≥ 500.000
Jumlah
53
47
100
53,0
47,0
100,0
Dari tabel 1 didapatkan karakteristik responden dan balita bahwa sebagian besar umur balita pada pada rentang 6-24 bulan sebanyak 44, dengan jenis kelamin terbanyak laki-laki sebanyak 53. Umur ibu sebagian besar di atas 30 tahun sebanyak 57, dengan proporsi tertinggi pendidikan SMA sebanyak 46. Jenis pekerjaan ibu sebagian besar bekerja sebagai suasta sebanyak 30. Sebagian besar pendapatan keluarga di bawah rata-rata (di bawah Rp. 500.000) sebanyak 53.
6
Karakteristik Pola Perilaku Perawatan Diare Oleh Ibu Berdasar Penyuluhan Oralit, Penyuluhan LGG, Ketersediaan Oralit Di Rumah, Memberikan ORS Dan Perilaku Perawatan Diare
Tabel 2. Karakteristik pola perilaku perawatan diare oleh ibu berdasar penyuluhan oralit, penyuluhan LGG, ketersediaan oralit di rumah, memberikan ORS dan perilaku perawatan diare
No
Penyuluhan Oralit
n
%
1.
Ya
56
56,0
2.
Tidak
44
44,0
Jumlah
100
100,0
No
Penyuluhan LGG
n
%
1.
2.
Ya
Tidak
40
60
40,0
60,0
Jumlah
100
100,0
No
Ketersediaan Oralit di Rumah
n
%
1.
Ya
31
31,0
2.
Tidak
69
69,0
Jumlah
100
100,0
No
Memberikan ORS
n
%
1.
Ya
90
90,0
2.
Tidak
10
10,0
Jumlah
100
100,0
No
Perilaku Perawatan Diare
n
%
1.
2.
Rasional
Tidak rasional
Jumlah
40
60
100
40,0
60,0
100,0
Dari tabel 2 didapatkan karakteristik pola perilaku perawatan diare oleh ibu berdasar penyuluhan oralit sebagian besar sebanyak 56% sudah pernah mendapatkan penyuluhan. Berdasar penyuluhan LGG sebagian besar sebanyak 60% tidak pernah. Berdasar ketersediaan oralit di rumah sebagian besar sebanyak 69% tidak tersedia. Berdasar memberikan ORS sebagian besar sebanyak 90% sudah memberikan. Berdasar perilaku perawatan diare sebagian besar sebanyak 60% tidak rasional.
Analisis bivariat
Perbedaan Biaya Perilaku Perawatan Diare Rasional Dan Tidak Rasional
7
Tabel 3. Perbandingan rata-rata total biaya perawatan diare sebelum dibawa ke fasilitas kesehatan menurut kategori perilaku perawatan
Perilaku Ibu
Mean
SD
Beda Mean
t
p
95%CI
Rasional
Tidak rasional
4.450
40.491
4.930
40.481
36.041
6.821
0,000
25.477-46.605
Dari tabel 3 mengenai uji analisis t-test dilakukan untuk menganalisis perbedaan biaya yang dikeluarkan oleh keluarga antara perilaku perawatan diare yang rasional dengan yang tidak rasional.
Pola perilaku perawatan diare yang tidak rasional membutuhkan biaya yang lebih besar dibandingkan dengan perilaku yang rasional. Rata-rata biaya perilaku perawatan diare rasional sebesar Rp. 4.450 dibandingkan dengan perilaku yang tidak rasional yaitu sebesar Rp. 40.491. Hasil uji analisis t-test dengan nilai p = 0,000 hal ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara biaya perawatan rasional dan tidak rasional.
Pembahasan
Perawatan diare akut yang tepat adalah dengan pemberian URO berupa cairan oralit dan cairan rumah tangga. Prinsip tatalaksana diare akut menurut WHO (2006) meliputi 4 hal yaitu: 1) penggantian cairan (rehidrasi) yang diberikan secara oral untuk mencegah dehidrasi dan mengatasi dehidrasi yang sudah berlangsung; 2) pemberian makanan terutama ASI selama diare dan masa penyembuhan; 3) tidak menggunakan obat antidiare dan menggunakan antibiotika, digunakan hanya pada kasus kholera dan disentri; 4) petunjuk bagi ibu dan pengasuhnya tentang bagaimana merawat anak sakit terutama cara pembuatan oralit, tanda-tanda bahaya penyakit diare yang mengharuskan dibawa ke petugas kesehatan dan pencegahan diare.
Pola Perilaku Perawatan Diare Balita Oleh Ibu
Hasil penelitian menunjukkan 60% responden melakukan tindakan perawatan diare yang tidak rasional. Perilaku perawatan diare yang tidak rasional jika tidak memenuhi standar dari WHO dan Depkes RI. Perilaku perawatan diare masih banyak yang tidak benar seperti penggunaan obat anti diare, obat antibiotika dan obat-obat tradisional.
Teori HBM dapat menjelaskan bagaimana terbentuknya perilaku seseorang. Menurut teori HBM persepsi merupakan kunci dari suatu perilaku. Perilaku perawatan diare yang benar sangat dipengaruhi persepsi ibu tentang penyakit diare dan keefektifan oralit. Persepsi yang salah tentang penyakit diare di masyarakat masih tinggi. Hasil penelitian Rosjidi (2008) menunjukkan 58,2% ibu mempunyai persepsi negatif tentang penyakit diare, dan 59,7% mempunyai persepsi negatif tentang oralit. Keterlambatan dan kesalahan perilaku perawatan diare akan berakibat fatal. Hasil penelitian ini menunjukkan hanya hanya 40% ibu perperilaku yang rasional dalam perawatan balita diare. Walaupun perilaku pemberian URO pada balita diare oleh ibu menunjukkan proporsi yang tinggi seperti perilaku
8
pemberian ORS sebesar 90%. Namun perilaku perawatan diare masih banyak yang tidak benar seperti penggunaan obat anti diare, obat antibiotika dan obat-obat tradisional. Hasil ini juga berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Unik et al (2007) yang mendapatkan hasil hanya 49,5% responden memberikan oralit pada saat anaknya diare. Hasil penelitian ini tidak berbeda jauh dengan data SDKI (2002-2003) yang memberikan gambaran terdapat 36% anak yang diberi rehidrasi oral saat diare.
Menurut teori HBM faktor pencetus perilaku salah satunya adalah keberadaan promosi kesehatan tentang penanganan diare. Hasil penelitian menunjukkan ibu yang mendapat informasi tentang oralit sebesar 56% dan 40% responden pernah mendapat informasi tentang LGG. Hasil penelitian ini mendukung teori HBM bahwa perilaku dapat ditimbulkan dengan cara memberikan stimulus berupa promosi tentang oralit. Penelitian Rao (1998) di India mendapatkan hasil bahwa perilaku ibu dalam penggunaan ORS meningkat dengan adanya promosi yang dilakukan lewat media massa elektronik. Menurut teori HBM perilaku dipengaruhi oleh kepercayaan atau persepsi, variabel demografi, adanya pencetus tindakan, dan kepercayaan tentang penyakit diare dan manfaat oralit.
Hasil penelitian ini menunjukkan hanya 40% ibu yang memberikan perawatan pada anaknya secara rasional, meskipun promosi gencar dilakukan oleh pemerintah baik melalui kader, iklan di televisi dan media lainnya.
Perbedaan Biaya Pengobatan Pada Balita Diare Antara Yang Rasional Dan Tidak Rasional
Biaya perawatan diare yang tidak rasional lebih tinggi dibandingkan perilaku perawatan yang rasional dan perbedaan ini secara statistik bermakna (p < 0,05). Biaya perawatan diare yang rasional pada tingkat keluarga sangat rendah, karena hanya menggunakan oralit dan cairan yang ada di rumah tangga. Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata biaya pengobatan diare yang rasional sebesar Rp. 4.450, angka ini berbeda sangat jauh dengan biaya perawatan diare yang tidak rasional sebesar Rp. 40.491. Santoso (2003) menyatakan bahwa salah satu dampak pengobatan tidak rasional di bidang ekonomi adalah biaya pengobatan menjadi mahal.
Pengobatan yang tidak rasional sebagian besar terdiri dari pengobatan diare dengan pemberian antibiotika dan anti diare. Penggunaan antibiotika pada semua kasus diare tidak efektif dan hanya akan meningkatkan beban biaya. Penyebab diare akut sebagian besar adalah rotavirus (40-60%) dimana tidak membutuhkan pengobatan dengan antibiotika. Arustiyono (1990) menyebutkan bahwa biaya pengobatan diare paling tinggi digunakan untuk pembelian antibiotika.
Penggunaan antibiotika yang berlebihan pada pengobatan diare akut balita berisiko terjadinya efek samping, resistensi, dan ketergantungan dalam pengobatan oleh masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa pengobatan rasional merupakan cara efektif dan efesien dalam perawatan balita diare.
Makna Praktis Perbedaan Biaya Perawatan Diare Rasional Dan Tidak Rasional
Angka kejadian diare pada balita di Indonesia sekitar 40 juta pertahun, dengan episode serangan 2 kali pertahun. Data ini dapat digunakan untuk memperkirakan biaya yang seharusnya dapat
9
dihemat pada perawatan diare akut. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat 60% perilaku ibu tidak rasional dengan asumsi kejadian diare secara nasional sebesar 40 juta pertahun maka terdapat 24 juta ibu melakukan perawatan diare yang tidak rasional. Berdasarkan data di atas dengan perbedaan biaya perawatan rasional dan tidak rasional sebesar Rp. 36.041 dapat diperkirakan besarnya biaya yang seharusnya dapat dihemat jika melakukan perawatan diare secara rasional sebesar 24.000.000 x Rp. 36.041 x 2 episode = Rp. 1.729.968.000.000. Data dari BPS (2004) menggambarkan jumlah penduduk usia 0-4 tahun di Kabupaten Ponorogo sebesar 69.922 orang dengan kejadian penyakit diare sebesar 5,08% (angka kejadian diare 5,08% x 69.922 = 3.552 orang). Dari 3.552 balita tersebut yang mengalami diare 60% sebesar 2.131 mendapatkan perawatan diare yang tidak rasional. Biaya yang seharusnya dapat dihemat dari perilaku perawatan diare yang tidak rasional dalam satu tahun sebesar Rp. 36.041 x 2.131 balita x 2 episode diare = Rp. 123.606.742.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian ini adalah: 1) proporsi perilaku perawatan diare di Kabupaten Ponorogo sebagian besar adalah kategori tidak rasional; 2) terdapat perbedaan biaya perawatan diare yang rasional dengan tidak rasional. Perilaku perawatan diare yang tidak rasional membutuhkan biaya lebih besar dibanding perilaku perawatan diare yang rasional.
Saran yang dapat direkomendasikan yaitu: 1) pelatihan mengenai penanganan diare pada masyarakat harus dilakukan oleh dinas kesehatan untuk meningkatkan perilaku yang benar pada penanganan diare; 2) penelitian tentang biaya secara langsung maupun tidak langsung mengenai perawatan diare dapat dilakukan untuk memperkirakan besarnya biaya perawatan diare secara komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik dan ORC Macro. 2003. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2002-2003. Calverton Maryland USA: ORC Macro.
Departemen Kesehatan RI. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1216/MENKES/SK/XI/2001. Jakarta: Depkes RI.
Harianto. 2004. Penyuluhan Penggunaan Oralit Untuk Menanggulangi Diare Di Masyarakat. Majalah Ilmu Kefarmasian. 1:27-33.
Sarwono, S. 2004. Sosiologi Kesehatan: Beberapa konsep Beserta Aplikasinya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Santoso, B. 2001. Drugs In Developing Countries. In: Van Boxtel, C.J., Santoso, B & Edward, I.R. Drug Benefit And Risk. International Texbook Of Clinical Pharmacology. UK: John Wiley & Sons.
Soegijanto, S. 2002. Ilmu Penyakit Anak: Diagnosa & Penatalaksanaan. Jakarta: Salemba Medika.
10
Soemarno, I. 1995. Persepsi Masyarakat Tentang Diare Dan Pencarian Pengobatannya Di Dua Desa Di Kabupaten Boyolali. Badan Litbang Kesehatan. http://www.litbangkes.or.id. Diakses pada 2 September 2007.
Rao, K.V., Misrha, V.K., Retherford, R.D. 1998. Knowledge And Use Of Oral Rehydration Therapy For Childhood Diarrhoea In India: Effects Of Exposure To Mass Media. Mumbai India: International Institute For Population Sciences.
Rosjidi, C.H. 2008. Evaluasi Perilaku Ibu Dalam Perawatan Balita Diare Di Kabupaten Ponorogo. Penelitian Tidak dipublikasikan.
Unik, P., Junaidi, A., Djaelani, A., Ratgono, A. 2007. Diare dan Permasalahannya. www.dinkesjatim.go.id. Diakses pada 2 September 2007.
WHO. 2002. Penyakit Bawaan Makanan: Fokus Pendidikan Kesehatan. Jakarta: EGC.
WHO. 2006. Implementing The New Recommendations On The Clinical Management Of Diarrhoea: Guidelines For Policy Makers And Programme Managers. Jeneva: WHO.
BIODATA PENELITI
1. Biodata Ketua Pelaksana :
a. Nama Lengkap dan Gelar : Cholik Harun Rosjidi, A.Per.Pen, M.Kes
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. NIP : 197202222005011001
d. Pangkat/gol : Penata Muda Tk I/III.b
e. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli
f. Fakultas/Prodi :Ilmu Kesehatan/Prodi DIII Keperawatan
g. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Ponorogo
h. Bidang Keahlian : Keperawatan Dasar, Keperawatan Medikal Bedah, Metodologi penelitian
I. Alamat Kantor : UNMUH Ponorogo, Jl, Budi Utomo, No. 10
j. Telp/Faks/ : (0352) 481124/0352461796
k. Alamat rumah : Jl. Halimperdana Kusuma Gg. V/4 Ponorogo
l. Telp/email : 081335688568/ rosjidi_renny@yahoo.co.id
2. Anggota peneliti
a. Nama Lengkap dan Gelar : Eulis Liawati, S.Kp, M.Kes
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. NIP : 197506122003122005
d. Pangkat/gol : Penata Muda/III.a
e. Jabatan Fungsional/struk : Asisten Ahli
f. Perguruan Tinggi : Akper Pemkab Ponorogo
11
g. Bidang Keahlian : Biostatistik, metodologi penelitian, biokimia
h. Alamat rumah : Jl. Wibisono 123 C Ponorogo
i. Telp/email : 08123434366

Tidak ada komentar:

Posting Komentar