Selasa, 23 April 2013

PROFIL PENDERITA KANKER KOLON DAN REKTUM DI RSUP HASAN SADIKIN BANDUNG (PROFILE OF COLO-RECTAL CANCER AT HASAN SADIKIN HOSPITAL BANDUNG)


Mochamad Aleq Sander, dr., M.Kes., SpB, FinaCS
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang
Jl. Bendungan Sutami 188A Malang 65145
e-mail: aleq.sander@yahoo.com
blog: bedahunmuh.wordpress.com
ABSTRAK
Karsinoma kolorektal adalah keganasan ketiga terbanyak di dunia dan penyebab kematian kedua terbanyak di Amerika Serikat. Di Indonesia jumlah penderita kanker kolorektal menempati urutan ke-10 (2,75%) setelah kanker lain (leher rahim, payudara, kelenjar getah bening, kulit, nasofaring, ovarium, jaringan lunak, dan tiroid). Kunci utama keberhasilan penanganan karsinoma ini adalah ditemukannya kanker dalam stadium dini, sehingga terapi kuratif dapat dilakukan. Namun sayang sebagian besar penderita di Indonesia berobat dalam stadium lanjut sehingga angka survival rendah. Karsinoma kolorektal memerlukan penanganan multimodalitas dan belum terdapat keseragaman secara nasional dalam pendekatan terapinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui epidemiologi, gejala klinis, cara diagnosis, macam terapi, dan prognosis penderita kanker kolon dan rektum serta didesain sebagai penelitian deskriptif retrospektif. Teknik sampling menggunakan total sampling yaitu penderita kanker kolon dan rektum di poliklinik Bedah Digestif RSUP Hasan Sadikin Bandung dari Januari tahun 2005 samapai Desember 2008. Ada 163 sample yang eligible, dimana yang berusia di bawah 40 tahun 19 (11,7%) dan di atas 55 tahun 61 (37,4%). Pasien wanita lebih banyak yaitu 89 (54,6%). Lokasi tumor di rektum paling banyak yaitu 115 (70,6%). Stadium Dukes B2 adalah terbanyak yaitu 33 (20,2%). Gejala klinis terbanyak adalah BAB darah dan lendir yaitu 76 (46,6%). Adeno Ca Well Differentiated merupakan histologi yang paling sering ditemukan yaitu 93 (57,1%). Penatalaksanaan yang sering dilakukan untuk kanker rektum adalah miles procedure yaitu 21 (12,9%) sedangkan untuk kanker kolon dilakukan hemicolectomy dan colostomy sebanyak 19 (11,7%). Prognosis didapatkan sembuh 90 (55,2%), tidak/belum sembuh 24 (14,7%), tidak kontrol 38 (23,3%), dan yang kontrol ditempat lain 2 (1,2%). Kesimpulan penelitian adalah kanker kolon dan rektum banyak ditemukan pada usia dekade ke-5. Lokasi terbanyak adalah rektum dengan tipe histologi adenocarcinoma. Stadium Dukes B2 dan gejala BAB darah menduduki porsi terbanyak. Miles procedure adalah prosedur terapi yang paling banyak diterapkan untuk kanker rektum.
Kata kunci: kanker kolon dan rektum
ABSTRACT
Colo-rectal cancer represent one of the most third malignancy in the world and second caused of death in US. In Indonesia amount of colo-rectal cancer was sequence to 10 (2.75%) after others cancer (cervix, breast, lymph, skin, nasofaring, ovarium, soft tissue, and thyroid). Key success in treatment of this cancer was that they found in early stage and followed curative therapy. Unfortunately in Indonesia they came after advanced stage and they had low survival. Colo-rectal cancer need multimodalities and in Indonesia not yet found uniformity in approach of therapy. The aim of research is to know the epidemiology, clinical symptom, diagnosis, therapy, prognosis. Descriptive study with retrospective design. Total sampling was all outpatient in digestive department of Hasan Sadikin Hospital of Bandung with colo-rectal cancer from January 2005 up to December 2008. 163 eligible respondens who had age below 40 yo 19 (11,7%) and above 55 yo 61 (37,4%). Female 89 (54,6%). Rectum was the most location that is 115 (70.6%). A lot of stadium was Dukes B2 that is 33 (20,2%). The most clinical manifestation was defecate blood that is 76 (46,6%). Adenocarcinoma well differentiated was the most common type of histology that is 93 (57,1%). Miles Procedure was 21 (12.9%) and hemicolectomy and colostomy were 19 (11,7%). The prognosis was healing 90 (55,2%), not yet healed 24 (14,7%), not control 38 (23,3%), and who control in the other place 2 (1,2%). Conclusion: mostly of colo-rectal cancer was found in fifth decade. A lot of cancer location was rectum and adenocarcinoma as a type of histology. Dukes B2 and defecate blood had most proportion, blood excision biopsy, and followed by radical mastectomy were the most therapy procedure. Miles procedure was the most common therapy in rectal cancer.
Keywords: colo-rectal cancer
LATAR BELAKANG
Kanker kolorektal adalah suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal atau tumbuh di dalam struktur saluran usus besar (kolon) dan atau rektum. Umumnya, karsinoma kolon jarang ditemukan sebelum umur 40 tahun kecuali bila mereka merupakan komplikasi dari penyakit kolitis ulseratif, kolitis granulomatosa, poliposis multipel familial, sindrom Gardner, dan sindrom Turcot. Pada populasi umum, risiko terjadinya kanker kolorektal secara nyata akan meningkat pada umur 50 tahun dan menjadi dua kali lipat lebih besar pada setiap dekade berikutnya. Karsinoma rektum lebih banyak ditemukan pada laki-laki daripada wanita, tetapi tidak ada perbedaan jenis kelamin yang mencolok pada karsinoma di daerah kolon yang lain. Dari kajian epidemiologi, disimpulkan ada pengaruh lingkungan yang sangat besar, khususnya diet, memainkan peranan yang nyata pada penyebab dari kanker kolon, yang peranannya lebih besar daripada pada kanker rektum. Faktor keturunan dapat juga berperan sebagai pencetus timbulnya kanker jenis ini. Sebagaimana pengaruh genetik dari sindrom karsinoma poliposis yang dapat diterangkan menurut hukum Mendel, maka predisposisi genetik pada kanker dapat timbul pada populasi umum. Sanak keluarga derajat satu (first
degree relatives) dari pasien yang menderita karsinoma kolorektal mempunyai risiko tiga kali lipat lebih besar daripada kontrol (Sjamsuhidayat et al, 2006).
Etiologi
Perkembangan kanker kolorektal merupakan interaksi antara faktor lingkungan dan faktor genetik. Faktor lingkungan multipel beraksi terhadap predisposisi genetik atau defek yang didapat dan berkembang menjadi kanker kolorektal (Robbins, 2005). Terdapat 3 kelompok kanker kolorektal berdasarkan perkembangannya yaitu: 1) kelompok yang diturunkan (inherited) yang mencakup kurang dari 10% dari kasus kanker kolorektal; 2) kelompok sporadik, yang mencakup sekitar 70%; 3) kelompok familial, mencakup 20%.
Kelompok diturunkan adalah mereka yang dilahirkan sudah dengan mutasi germline (germline mutation), pada salah satu allele dan terjadi mutasi somatik pada allele yang lain. Contohnya adalah FAP (familial adenomatous polyposis) dan HNPCC (hereditery non-polyposis colorectal cancer). HNPCC terdapat pada sekitar 5% dari kanker kolorektal. Kelompok sporadik membutuhkan dua mutasi somatik, satu pada masing masing allele-nya (Schwartz, 1995). Terdapat dua model perjalanan perkembangan kanker kolorektal (karsinogenesis) yaitu LOH (loss of heterozygocity) dan RER (replication error). Model LOH mencakup mutasi tumor gen supresor meliputi gen APC, DCC, dan p53 serta aktifasi onkogen yaitu K-ras. Model ini contohnya adalah perkembangan polip adenoma menjadi karsinoma. Sementara model RER karena adanya mutasi gen hMSH2, hMLH1, hPMS1, dan hPMS2. Model terakhir ini contohnya adalah perkembangan HNPCC. Pada bentuk sporadik, 80% berkembang lewat model LOH dan 20% berkembang lewat model RER (Robbins, 2005).
Deteksi Dini Dan Diagnosis
Deteksi dini (skrining) dan diagnosis pada pengelolaan kanker kolorektal memiliki peranan penting di dalam memperoleh hasil yang optimal yaitu meningkatnya survival dan menurunnya tingkat morbiditas dan mortalitas para penderita kanker kolorektal.
Deteksi dini adalah investigasi pada individu asimtomatik yang bertujuan untuk mendeteksi adanya penyakit pada stadium dini sehingga dapat dilakukan terapi kuratif.
Indikasi, secara umum deteksi dini dilakukan pada dua kelompok yaitu populasi umum dan kelompok risiko tinggi. Deteksi dini pada populasi dilakukan kepada individu yang berusia di atas 40 tahun. Deteksi dini dilakukan pula pada kelompok masyarakat yang memiliki risiko tinggi menderita kanker kolorektal yaitu: 1) penderita yang telah menderita kolitis ulserativa atau Crohn > 10 tahun; 2) penderita yang telah menjalani polipektomi pada adenoma kolorektal; 3) individu dengan adanya riwayat keluarga penderita kanker kolorektal. Individu dengan riwayat keluarga memiliki risiko menderita kanker kolorektal 5 kali lebih tinggi dari pada individu pada kelompok usia yang sama tanpa riwayat penyakit tersebut. Terdapat dua kelompok pada individu dengan keluarga penderita kanker kolorektal, yaitu: 1) individu yang memiliki riwayat keluarga dengan hereditery non-polyposis
colorectal cancer (HNPCC); 2) individu yang didiagnosis secara klinis menderita familial adenomatous polyposis (FAP).
Macam-macam deteksi dini pada kanker kolorektal adalah sebagai berikut:
1. Deteksi dini pada populasi.
a. Test darah tersamar pada feses (fecal occult blood test/FOBT) setiap tahun.
FOBT menurunkan tingkat mortalitas kanker kolorektal sebesar 16% dan juga menurunkan insidens kanker kolorektal, disebabkan oleh deteksi dan polipektomi pada adenoma yang ditemukan.
b. Sigmoidoskopi fleksibel dan kolonoskopi.
Kebanyakan kanker kolorektal berasal dari polip adenoma sehingga setiap lesi harus diangkat. Tindakan polipektomi telah terbukti secara bermakna menurunkan risiko kanker kolorektal.
2. Deteksi dini pada kelompok masyarakat yang memiliki risiko tinggi.
a. Penderita yang telah menderita colitis ulserativa atau Crohn >10 tahun.
Apabila telah berjalan selama 20 tahun atau ditemukan adanya displasia, maka kolonoskopi harus dilakukan setiap tahun. Penderita yang telah menjalani polipektomi pada adenoma kolorektal: 1) penderita yang telah menjalani polipektomi pada adenoma harus selalu ditawarkan untuk menjalani follow-up kolonoskopi; 2) apabila ditemukan polip berukuran < 1 cm pada follow-up maka selanjutnya dilakukan kolonoskopi setiap 5 tahun; 3) apabila ditemukan lebih dari 3 adenoma, atau paling sedikit satu berukuran > 1 cm, atau adanya displasia berat, maka dilakukan kolonoskopi setiap 3 tahun. Apabila pada kolonoskopi selanjutnya tidak ditemukan polip, maka kolonoskopi dapat dihentikan.
b. Penderita yang telah menjalani polipektomi pada adenoma kolorektal.
Meliputi: 1) penderita yang telah menjalani polipektomi pada adenoma harus selalu ditawarkan untuk menjalani follow-up kolonoskopi; 2) apabila ditemukan polip berukuran <1cm pada follow-up maka selanjutnya dilakukan kolonoskopi setiap 5 tahun; 3) apabila ditemukan lebih dari 3 adenoma, atau paling sedikit satu berukutan > 1 cm, atau adanya displasia berat, maka dilakukan kolonoskopi setiap 3 tahun. Apabila pada kolonoskopi selanjutnya tidak ditemukan polip, maka kolonoskopi dapat dihentikan.
c. Individu dengan adanya riwayat keluarga penderita kanker kolorektal.
d. Individu berisiko tinggi menderita FAP berdasarkan riwayat katuarga dengan FAP.
Meliputi: 1) bila fasilitas tersedia dilakukan pemeriksaan genetik adanya mutasi gen APC; 2) ditawarkan kolonoskopi setiap dua tahun dan sigmoidoskopi setiap tahun (Sjamsuhidayat et al, 2006).
Stadium
Sistim klasifikasi yang digunakan adalah sistim Astler-Coller yang diperkenalkan pada tahun 1954 dan kemudian direvisi tahun 1978, berdasarkan atas kedalaman invasi tumor, keterlibatan kelenjar getah bening, dan adanya metastasis jauh (Sjamsuhidayat et al, 2006) yaitu: 1) stadium A:
hanya terbatas pada lapisan mukosa; 2) stadium B: sudah masuk dalam lapisan muskularis propria (B1), masuk dalam lapisan subserosa (B2), masuk sampai ke struktur-struktur yang berdekatan (B3); 3) stadium C: bila sudah ada keterlibatan kelenjar (Cl sampai C3); 4) stadium D : bila sudah ada metastasis baik secara limfatik atau hematogen .
Pada tahun 1987 American joint committee on cancer dan international union against cancer memperkenalkan sistim klasifikasi TNM yaitu: 1) ekstensi tumor (T) dibagi atas T1 s/d T4; 2) adanya keterlibatan kelenjar (N) dibagi atas: N1 bila < 4 kelenjar, N2 bila > 4 kelenjar, N3 bila terdapat kelenjar sepanjang pembuluh darah; 3) adanya metastasis jauh (M1). Adapun sistim TNM dapat dijabarkan sebagai berikut (Schwartz, 1995):
Tumor Primer (T)
Tx : Tumor primer tak dapat ditentukan
To : Tidak ditemukan tumor primer
Tis : Carcinoma in situ: invasi intraepithelial ke lamina propria
T1 : Tumor menyebuk submucosa
T2 : Tumor menyebuk muscularis propria
T3 : Tumor menembus muscularis propria ke subserosa atau perikolika atau jaringan perirektal
T4 : Tumor menginfiltrasi organ atau struktur atau ke peritoneum visceral
Kelenjar Limfe Regional (N)
Nx : KGB Regional tidak dapat ditentukan
No : Tak terdapat keterlibatan KGB regional
N1 : Metastasis ke 1-3 KGB regional
N2 : Metastasis ke 4 atau lebih KGB regional
Metastasis jauh (M)
Mx : Tidak dapat ditentukan adanya metastasis jauh
Mo : Tidak ditemukan metastasis jauh
M1 : Ditemukan metastasis jauh
Definisi Stadium
Stadium 0 Tis, No, Mo
Stadium I T1, No, Mo
T2, No, Mo
Stadium 11 T3, No, Mo
T4, No, Mo
Stadium III Semua T, N1, Mo
Sernua T, N2, Mo
Stadium IV Semua T, Semua N, M1
Derajat Histopatologi
Dukes membedakannya menjadi 5 derajat (Sjamsuhidayat et al, 2006) yaitu: 1) derajat I: tumor menyerupai adenoma disertai proliferasi aktif epitel, tapi dapat dikenali sebagai malignansi karena adanya infiltrasi ke lapisan muskularis mukosa; 2) derajat II: tumor dengan sel-sel karsinoma yang ramai berkelompok tetapi tetap terbatas dalam bentuk yang cukup rata pada satu atau 2 lapisan lebih dalam di sekitar ruang glandula. Terlihat adanya nukleus yang berwarna dan mitosis yang tidak teratur; 3) derajat III: sel-sel lebih sedikit berdiferensiasi dan diatur dalam suatu cincin yang tidak rata, seringkali 2-3 baris lebih dalam di sekitar ruang glomerular. Gambaran mitosis tidak sebanyak pada derajat II; 4) derajat IV: sel-sel tumor makin anaplasia dan tidak membentuk struktur glandular sama sekali tetapi meliputi satu per satu jaringan atau dalam kelompok kecil yang tidak teratur.
METODE
Penelitian ini adalah deskriptif retrospektif yang dilakukan di Sub Bagian Bedah Digestiv RSUP Hasan Sadikin Bandung dengan teknik sampling menggunakan total sampling dari status rekam medik penderita kanker kolorektal di poliklinik Bedah Digestiv dari tanggal 1 Januari 2003 sampai 31 Desember 2008 yang telah terdiagnosis pasti dengan hasil PA sebanyak 163 penderita dengan karakteristik responden sebagai berikut: 1) pasien kanker kolorektal dengan stadium sesuai sistem TNM/AJCC 1987 atau Klasifikasi Duke modifikasi Astler Cohler 1978; 2) pasien kanker kolorektal yang diagnosis pastinya ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologi; 3) pasien kanker kolorektal yang di work-up sejak awal di RSUP Hasan Sadikin Bandung; 4) status lengkap berada dibagian rekam medik poli rawat jalan RSUP Hasan Sadikin Bandung.
Data yang diperoleh dari status rekam medik dideskripsikan dan kemudian dianalisis serta dihitung persentasenya. Data yang telah dihitung selanjutnya disusun ke dalam grafik. Hasil analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara tabulasi dengan tabel deskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Karakteristik Responden Berdasar Usia
umur respondensumur respondens767266636057545148454238352622Percent8642011111111312127444443242454644312211211111112
Gambar 1. Karakteristik responden berdasar usia
Pada gambar 1 didapatkan kanker kolorektal terbanyak pada usia antara 41-55 tahun yaitu 83
orang (50,9%).
Gambar 2. Karakteristik responden berdasar range usia
Pada gambar 2 didapatkan usia rata-rata kanker kolorektal adalah 51,5 tahun dan paling
muda 22 tahun dan paling tua 78 tahun dengan standar deviasi (SD) ± 10,87 (gambar 1).
Karakteristik Responden Berdasar Jenis Kelamin
Gambar 3. Karakteristik responden berdasar jenis kelamin
Pada gambar 3 didapatkan penderita kanker kolorektal terbanyak adalah wanita yaitu 89
orang (54,6%).
range usia responden
range usia responden
<40 41-55 >56
Percent
60
50
40
30
20
10
0
37
51
12
jenis kelamin respondens
jenis kelamin respondens
pria wani ta
Percent
60
50
40
30
20
10
0
55
45
Karakteristik Responden Berdasar Diagnosis Klinis
Gambar 4. Karakteristik responden berdasar diagnosis klinis
Pada gambar 4 didapatkan diagnosis terbanyak kanker kolorektal adalah kanker rektum 115
kasus (70,6%).
Karakteristik Responden Berdasar Stadium Klinis
Gambar 5. Karakteristik responden berdasar stadium klinis
Pada gambar 5 didapatkan stadium klinis yang terbanyak ditemukan adalah Dukes B2 yaitu
33 (20,2%).
diagnosa klinis
diagnosa klinis
Ca Colon Ca Rectosigmoid Ca rectum
Percent
80
60
40
20
0
71
26
stadium kanker kolorektal
stadium kanker kolorektal
DukesB3
Dukes D
Dukes C3
Dukes C2
Dukes C1
Dukes B3
Dukes B2
Dukes B1
Dukes A
Percent
30
20
10
0
Karakteristik Responden Berdasar Gejala Klinis
Gambar 6. Karakteristik responden berdasar gejala klinis
Pada gambar 6 didapatkan gejala klinis yang terbanyak ditemukan adalah BAB berdarah dan
lendir yaitu 76 kasus (46,6%).
Karakteristik Responden Berdasar Gambaran PA
Gambar 7. Karakteristik responden berdasar gambaran PA
Pada gambar 7 didapatkan sebagian besar penderita kanker kolorektal pasca biopsi didapatkan
gambaran histopatologi berupa adenocarcinoma well diff sebanyak 93 kasus (57,1%).
gejala klinis
gejala klinis
BAB berdarah dan len
tidak bisa BAB
BAB tai kambing
mencret
Percent
50
40
30
20
10
0
47
14
25
14
hasil patologi anatomi
hasil patologi anatomi
Signet ring cell Ca
Adeno musinous Ca
Adeno Ca wel l diff
Adeno Ca poorl y diff
Adeno Ca moderately
Percent
70
60
50
40
30
20
10
0
8
57
9
23
prosedur terapi
prosedur terapi
Subtotal colectomy,c
Reseksi anterior Miles prosedur,radio
Miles prosedur,chemo
Miles prosedur, chem
Hemicolectomy,radioT
Hemicolectomy Hartman prosedur,rad
Hartman prosedur,che
Colostomy,radioTx,ch
Colostomy,chemoTx,ra
Colostomy
Percent
14
12
10
8
6
4
2
0
2
5
1
2
7
9
13
3
12
1
5
7
4
6
3
12
5
Karakteristik Responden Berdasar Prosedur Terapi
Gambar 8. Karakteristik responden berdasar prosedur terapi
Pada gambar 8 didapatkan prosedur terapi yang sering dilakukan adalah prosedur Miles yaitu
21 kasus (12,9%).
Karakteristik Responden Berdasar Prognosis
Gambar 9. Karakteristik responden berdasar prognosis
Pada gambar 9 didapatkan sebagian besar sample yang diteliti yaitu 38 kasus (23,3%) tidak
melakukan kontrol ke poli digestiv.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1) jumlah kanker kolorektal
cenderung meningkat setiap tahunnya dalam kurun waktu 3 tahun; 2) kanker kolorektal banyak
ditemukan pada golongan usia antara 41-55 tahun; 3) sebagian besar penderita kanker kolorektal
adalah wanita; 4) kanker rektum merupakan diagnosis klinis terbanyak sedangkan gambaran PA
adenocarcinoma well differentiated merupakan hasil biopsi terbanyak; 5) stadium klinis B2 dan C2
menjadi stadium terbanyak; 6) gejala klinis berupa berak darah dan berlendir merupakan gejala yang
follow up
follow up
Os berunding dgn kel
follow up di tmp lai
keluarga menolak fol
sembuh tidak/belum sembuh
tidak follow up
Percent
60
50
40
30
20
10
0
55
15
23
paling sering dijumpai pada kanker kolorektal; 7) prosedur terapi yang sering diterapkan adalah operasi Miles atau reseksi abdominoperineal dengan membuat kolostomi secara permanen, hal ini disebabkan sebagian besar kasus yang dijumpai adalah kanker rektum 1/3 distal.
Saran yang dapat diberikan yaitu: 1) perlu upaya pemberian informasi yang jelas dan mudah dimengerti kepada penderita kanker kolorektal mengenai: faktor risiko terjadinya penyakit kanker kolorektal, gejala-gejala awal penyakit kanker kolorektal sehingga diharapkan penderita datang berobat masih stadium dini sehingga terapi kuratif bisa dilakukan, pentingnya pemeriksaan saringan pada siapa saja terutama yang berusia diatas 40 tahun ataupun yang mempunyai riwayat salah satu atau lebih anggota keluarganya pernah mengidap kanker kolorektal, pentingnya melakukan kontrol rutin guna penyembuhan yang lengkap; 2) perlunya mengadakan sistem pencatatan rekam medis yang lebih lengkap dan konsisten guna kepentingan pihak rumah sakit, penderita kanker kolorektal, dan untuk penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Sjamsuhidayat; Karnadihardja, W; Rudiman, R; Lukman, K; Ruchiyat, Y; Prabani, C. 2006. Panduan Pengelolaan Adenokarsinoma Kolorektal. PT. Roche Indonesia.
Robbins. 2005. Pathologic Basis of Disease.7th Edition. International Edition. Pennsylvania: Elsevier.
Schwartz. 1995. Principles of Surgery. 8th Edition. The United States of America: The McGraw-Hill Companies, Inc.

1 komentar:

  1. terimakasih untuk tulisan/artikelnya..

    http://obatasliindonesia.com/obat-herbal-kanker-usus-terbaik/

    BalasHapus