BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam keperawatan, berpikir kritis adalah suatu kemampuan
bagaimana perawat mampu berpikir dengan sistematis dan menerapkan standar
intelektual untuk menganalisis proses berpikir. Berpikir kritis dalam
keperawatan adalah suatu komponen penting dalam mempertanggung jawabkan
profesionalisme dan kualitas pelayanan asuhan keperawatan. Berpikir kritis
merupakan pengujian rasional terhadap ide, pengaruh, asumsi, prinsip, argumen,
kesimpulan, isu, pernyataan, keyakinan, dan aktivitas (Bandman dan Bandman,
1988)
Berpikir bukan suatu proses statis, tetapi selalu berubah
secara konstan dan dinamis dalam setiap hari atau setiap waktu. Tindakan
keperawatan membutuhkan proses berpikir, oleh karena itu sangat penting bagi
perawat untuk mengerti berpikir secara umum. Pemikir kritis dalam praktik
keperawatan adalah seseorang yang mempunyai keterampilan pengetahuan untuk
menganalisis, menerapkan standar, mencari informasi, menggunakan alasan
rasional, memprediksi, dan melakukan transformasi pengetahuan. Pemikir kritis
dalam keperawatan menghasilkan kebiasaan-kebiasaan baik dalam berpikir, yaitu:
yakin, kontekstual, perspektif, kreatif, fleksibel, integritas intelektual,
intuisi, berpikir terbuka, refleksi, inquisitiviness, dan perseverance.
Karakteristik berpikir kritis dalam keperawatan pada
prinsipnya merupakan suatu kesatuan dari berpikir (thinking), merasakan
(feeling), dan melakukan (doing). Mengingat profesi perawat merupakan profesi
yang langsung berhadapan dengan nyawa manusia, maka dalam menjalankan
aktivitasnya, perawat menggunakan perpaduan antara thingking, feeling, dan
doing secara konprehensif dan bersinergi.
1.2
Tujuan
1.2.1
Tujuan Umum
Mengetahui
konsep dari berpikir kritis sampai ke penerapan proses keperawatan dan interaksi
dengan pasien.
1.2.2
Tujuan Khusus
1.2.2.1 Untuk mengetahui Konsep berfikir kritis
1.2.2.2 Untuk mengetahui metode
berpikir kritis
1.2.2.3 Untuk Mengetahui Karakteristik
berpikir kritis
1.2.2.4 Proses
brepikir kritis
1.2.2.5. Berpikir
kritis dalam keperawatan
1.2.2.6. Model dalam
berpikir kritis
1.2.2.7. Bentuk-bentuk
berpikir kritis
1.2.2.8. Penerapan
konsep berpikir kritis dalam keperawatan
1.2.2.9. Faktor-faktor
yang mempengaruhi berpikir kritis
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Konsep berfikir kritis
Berpikir adalah aktivitas yang sifatnya mencari idea tau
gagasan dengan menggunakan berbagai ringkasan yang masuk akal. Tri Rusmi dalam
Perilaku Manusia (1996), mengatakan berpikir adalah suatu proses sensasi,
persepsi, dan memori/ ingatan, berpikir mengunakan lambang (visual atau
gambar), serta adanya suatu penarikan kesimpulan yang disertai proses pemecahan
masalah.
Berpikir adalah menggunakan pikiran dan mencakup membuat
pendapat, membuat keputusan, menarik kesimpulan, dan merefleksikan . Berpikir
merupakan suatu proses yang aktif dan terkoordinasi. Dalam kaitannya dengan
keperawatan, berpikir kritis adalah reflektif, pemikiran yang masuk akal
tentang masalah keperawatan tanpa ada solusi dan difokuskan pada keputusan apa
yang harus diyakini dan dilakukan. Jadi yang merupakan pengertian berpikir
merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan mencakup interaksi
dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi.
Berfikir kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau
individu dituntut untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi untuk
membuat sebuah penilaian atau keputusan berdasarkan kemampuan,menerapkan ilmu
pengetahuan dan pengalaman. ( Pery & Potter,2005). Berpikir kritis adalah
pengujian secara rasional terhadap ide-ide, kesimpulan, pendapat, prinsip,
pemikiran, masalah, kepercayaan dan tindakan. Menurut Strader (1992), bepikir
kritis adalah suatu proses pengujian yang menitikberatkan pendapat tentang
kejadian atau fakta yang mutakhir dan menginterprestasikannya serta mengevaluasi
pandapat-pandapat tersebut untuk mendapatkan suatu kesimpulan tentang adanya
perspektif/ pandangan baru.
Berpikir kritis adalah suatu proses berpikir sistematik yang
penting bagi seorang profesional. Berpikir kritis akan membantu profesional
dalam memenuhi kebutuhan klien. Berpikir kritis adalah berpikir dengan tujuan
dan mengarah-sasaran yang membantu individu membuat penilaian berdasarkan data
bukan perkiraan.
Berpikir kritis berdasarkan pada metode penyelidikan ilmiah,
yang juga menjadi akar dalam proses keperawatan. Berpikir kritis dan proses
keperawatan adalah krusial untuk keperawatan profesional karena cara berpikir
ini terdiri atas pendekatan holistik untuk pemecahan masalah.
Berpikir kritis adalah proses perkembangan kompleks yang
berdasarkan pada pikiran rasional dan cermat. Menjadi pemikir kritis adalah
sebuah denominator umum untuk pengetahuan yang menjadi contoh dalam pemikiran
yang disiplin dan mandiri. Pengetahuan didapat, dikaji dan diatur melalui
berpikir. Keterampilan kognitif yang digunakan dalam berpikir kualitas-tinggi
memerlukan disiplin intelektual, evaluasi-diri, berpikir ulang, oposisi,
tantangan, dan dukungan (Paul, 1993). Berpikir kritis mentransformasikan cara
individu memandang dirinya sendiri, memahami dunia. dan membuat keputusan
(Chafee 1994).
Jadi yang dimaksud dengan berpikir kritis merupakan suatu
tehnik berpikir yang melatih kemampuan dalam mengevaluasi atau melakukan
penilaian secara cermat tentang tepat-tidaknya ataupun layak-tidaknya suatu
gagasan yang mencakup penilaian dan analisa secara rasional tentang semua
informasi, masukan, pendapat dan ide yang ada, kemudian merumuskan kesimpulan
dan mengambil suatu keputusan.
2.2 Metoda berpikir kritis
Freely mengidentifikasi 7 metode critical thinking
a. Debate : metode yang digunakan untuk mencari, membantu, dan merupakan
keputusan yang beralasan bagi seseorang atau kelompok dimana dalam proses
terjadi perdebatan atau argumentasi
b. Individual decision : Individu dapat
berdebat dengan dirinya sendiri dalam proses mengambil keputusan
c. Group discussion : sekelompok orang
memperbincangkan suatu masalah dan masing-masing mengemukakan pendapatnya.
d. Persuasi : komunikasi yang
berhubungan dengan mempengaruhi perbuatan, keyajinan, sikap, dan nilai-nilai
orang lain melalui berbagai alas an, argument, atau bujukan. Debat dan iklan
adalah dua bentuk persuasi
e. Propoganda : komunikasi dengan
menggunakan berbagai media yang sengaja dipersiapkan untuk mempengaruhi massa
pendengar
f. Coercion : mengancam atau
menggunakan kekuatan dalam berkomunikasi untuk memaksakan suatu kehendak.
Kombinasi beberapa metode
2.3 Karakteristik berpikir kritis
Berikut ini adalah karakteristik
dari proses berpikir kritis dan penjabarannya.
1. Konseptualisasi
Konseptualisasi artinya proses intelektual
membentuk suatu konsep. Dan konseptualisasi merupakan pemikiran abstrak
yang digeneralisasi secara otomatis menjadi simbol-simbol dan disimpan di dalam
otak.
2. Rasional dan Beralasan (reasonable)
Artinya argumen yang diberikan
selalu berdasarkan analisis dan mempunyai dasar kuat dari fakta atau fenomena
nyata.
3. Reflektif
Artinya bahwa seorang pemikir kritis
tidak menggunakan asumsi atau persepsi dalam berpikir atau mengambil keputusan,
tetapi akan menyediakan waktu untuk mengumpulkan data dan menganalisisnya
berdasarkan disiplin ilmu, fakta, dan kejadian.
4. Bagian dari suatu sikap
Yaitu bagian dari suatu sikap yang
harus diambil. Pemikir kritis akan selalu menguji apakah sesuatu yang dihadapi
itu lebih baik atau lebih buruk dibanding yang lain, dengan menjawab pertanyaan
mengapa bisa begitu dan bagaimana seharusnya.
5. Kemandirian Berpikir
Seorang pemikir kritis selalu
berpikir dalam dirinya, tidak pasif menerima pemikiran dan keyakinan orang
lain, menganalisis semua isu, memutuskan secara benar, dan dapat dipercaya.
6. Berpikir Kritis Adalah Berpikir
Kreatif
Maksudnya yaitu selalu menggunakan
ketrampilan intelektualnya untuk mencipta berdasarkan suatu pemikiran yang baru
dan dihasilkan dari sintesis beberapa konsep.
7. Berpikir Adil dan Terbuka
Yaitu mencoba untuk berubah, dari
pemikiran yang salah dan kurang menguntungkan menjadi benar dan lebih baik.
Perubahan dilakukan dengan penuh kesabaran dan kemauan, kemudian hasilnya
disosialisasikan beserta argumentasi mengapa memilih dan memutuskan seperti
itu.
8. Pengambilan Keputusan Berdasarkan
Keyakinan
Berpikir kritis digunakan untuk
mengevaluasi suatu argumentasi dan kesimpulan, mencipta sesuatu pemikiran baru
dan alternatif solusi tindakan yang akan diambil.
2.4
Proses brepikir kritis
a. Mengenali
Masalah ( Defining and dlarifying problem)
1. Mengidentifikasi isu-isu atau
permasalahan pokok.
2. Membandingkan kesamaan dan
perbedaan-perbedaan.
3. Memilih informasi yang relevan.
4. Merumuskan /memformulasikan
masalah.
b.
Menilai informasi yang relevan
1. Menyeleksi fakta, opini, hasil nalar/judgment.
2. Mengecek konsistensi.
3. Mengidentifikasi asumsi.
4. Mengenali kemungkinan faktor stereotip.
5. Mengenali kemungkinan emosi, propaganda, salah penafsiran
kalimat.
6. Mengenali kemungkinan perbedaan informasi orientasi nilai
dan ideologi.
c.
Pemecahan Masalah / Penarikan kesimpulan
1. Mengenali data-data yang diperlukan dan cukup tidaknya data.
2. Meramalkan konsekuensi yang mungkin terjadi dari
keputusan/pemecahan masalah/kesimpulan
yang diambil.
2.5
Berpikir kritis dalam keperawatan
Berfikir meliputi proses yang tidak statis,
berubah setiap saat. Berfikir kritis dalam keperawatan adalah komponen dasar
dalam pertanggunggugatan profesional dan kualitas asuhan keperawatan. Berpikir
kritis merupakan jaminan yang terbaik bagi perawat mencapai sukses dalam
berbagai aktifitas dan merupakan suatu penerapan profesionalisme serta
pengetahuan tekhnis atau keterampilan tekhnis dalam memberikan asuhan
keperawatan.
Proses berpikir kritis meliputi memahami, mengevaluasi,
mempertanyakan maupun menjawab, membangun pertanyaan yang merupakan pemicu
proses berkelanjutan untuk mencari jawaban dengan kemungkinan ada jawaban atau
tidak terdapat jawaban.
Ada 4 hal pokok penerapan berfikir kritis dalam keperawatan, yaitu:
1. Penggunaan bahasa
dalam keperawatan
Berfikir
kritis adalah kemampuan menggunakan bahasa secara reflektif. perawat
menggunakan bahasa verbal dan nonverbal dalam mengekspresikan idea, fikiran,
info, fakta, perasaan, keyakinan dan sikapnya terhadap klien, sesama perawat,
profesi. Secara nonverbal saat melakukan pedokumentasian keperawatan.
2. Argumentasi dalam
keperawatan
Sehari-hari perawat
dihadapkan pada situasi harus berargumentasi untuk menemukan, menjelaskan
kebenaran, mengklarifikasi isu, memberikan penjelasan, mempertahankan terhadap
suatu tuntutan/tuduhan. Badman and Badman (1988) argumentasi terkait dengan
konsep berfikir dalam keperawatan berhubungan dengan situasi perdebatan, upaya
untuk mempengaruhi individu ataupun kelompok.
3. Pengambilan keputusan
dalam keperawatan
Sehari-hari perawat
harus mengambil keputusan yang tepat.
4. Penerapan proses
keperawatan
Perawat berfikir
kritis pada setiap langkah proses keperawatan
a. Pengkajian:
mengumpulkan data, melakukan observasi dalam pengumpulan data berfikir kritis,
mengelola dan mengkatagorikan data menggunakan ilmu-ilmu lain.
b. Perumusan diagnosa keperawatan: tahap pengambilan keputusan yang paling kritis, menentukan masalah dan dengan argumen yaitu secara rasional.
c. Perencanaan keperawatan: menggunakan pengetahuan untuk mengembangkan hasil yang diharapkan, keterampilan guna mensintesa ilmu yang dimiliki untuk memilih tindakan.
b. Perumusan diagnosa keperawatan: tahap pengambilan keputusan yang paling kritis, menentukan masalah dan dengan argumen yaitu secara rasional.
c. Perencanaan keperawatan: menggunakan pengetahuan untuk mengembangkan hasil yang diharapkan, keterampilan guna mensintesa ilmu yang dimiliki untuk memilih tindakan.
d. Pelaksanaan
keperawatan: pelaksanaan tindakan keperawatan adalkah keterampilan dalam
menguji hipotesa, tindakasn nyata yang menentukan tingkat keberhasilan.
e. Evaluasi keperawatan: mengkaji efektifitas tindakan, perawat harus dapat mengambil keputusan tentang pemenuhan kebutuhan dasar klien.
e. Evaluasi keperawatan: mengkaji efektifitas tindakan, perawat harus dapat mengambil keputusan tentang pemenuhan kebutuhan dasar klien.
2.6
Model dalam berpikir kritis
Costa, dkk (1985) mengidentifikasi
model berfikir kritis : The Six Rs
a. Remembering : menggunakan
pengalaman masa lalu untuk mendekati pikiran saat ini
b. Repeating : Semakin sering
menggunakan cara berpikir kritis dalam menghadapi setiap persoalan kehidupan
sehingga memudahkan mengambil keputusan
c. Reasoning : berpikir kritis yaitu
pengambilan keputusan atas dasar pertimbangan yang akurat serta penentuan pilihan
atas alternative yang ditetapkan
d. Reorganizing : Mengorganisasi
kembali terhadap apa yang sementara menjadi focus perhatian untuk
mengidentifikasi secara tepat terhadap fenomena yang menjadi perhatian utama
e. Relating : menghubungkan dan
menemukan relasi diantara fenomena yang dipikirkan
f. Reflecting : menunda dalam
pengambilan keputusan dengan tujuan menganalisa kembali secara hati-hati akan
apa yang telah dipertimbangkan
2.7
Bentuk-bentuk berpikir kritis
1. Berbagai asumsi berfikir:
a. Bahwa berpikir, perasaan, dan
berbuat adalah semua komponen dasar keperawatan yang diharapakan yang
dikerjakan bersama dan sejalan
b. Bahwa berpikir, berperasaan, berbuat
adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dalam seluruh kehidupan praktek
keperawatan
c. Bahwa perawat dan mahasiswa
keperawatan adalah dua yang berbeda, tetapi keduanya dating dengan berbagai
keterampilan berfikir dalam keperawatan
d. Bahwa upaya mengembangkan cara
berfikir adalah upaya yang disengaja yang dapat dipertimbangkan dan dipelajari
e. Banyak mahasiswa keperawatan dan
perawat menemukan kesulitan untuk menggambarkan keterampilan berfikirnya.
Jarang dari mereka bertanya bagaimana berfikir, dan hanya biasanya bertanya apa
yang mereka fikirkan
Berpikir
kritis dalam keperawatan hampir sama bila kita berfikir melakukan kegiatan yang
sesuai dengan konteks situasi dimana berfikir terjadi.
2. 5 bentuk berfikir (T.H.I.N.K)
a. Total Recall : mengingat fakta-fakta
atau mengingatkan dimana dan mengapa kita menemukan sesuatu yang diperlukan
b. Habits : kebiasaan memungkinkan sesuatu
dikerjakan tanpa mempunyai metode yang baru yang digunakan setiap saat
c. Inguiry : menguji isu-isu secara
mendalam dan pertanyaan yang segera menjadi suatu kenyataan. Inguiry adalah
cara berfikir yang utama yang digunakan guna mengambil keputusan.
d. New Idea and creativity : ide yang
baru dan kreatifitas adalah merupakan hal yang penting dalam keperawatan sebab
merupakan akar yang perlu dikembangkan dalam memberikan asuhan keperawatan.
e. Knowing How you think : berpikir
dapat disebut sebagai metacognition. Meta artinya diantara atau ditengah,
cognition artinya proses mengetahui. Jika perawat berada dalam suatu proses
mengetahui, maka perawat akan dapat mengetahui apa yang dipikirkan
2.8
Penerapan konsep berpikir kritis dalam keperawatan
Ada
empat hal pokok dalam penerapan berfikir kritis dalam keperawatan, yaitu :
1. Penggunaan bahasa dalam keperawatan
Perawat
menggunakan bahasa secara verbal maupun nonverbal dalam mengekspresikan idea,
pikiran, informasi, fakta, perasan, keyakinan, dan sikapnya terhadap klien,
sesama perawat, profesi lain ataupun secara nonverbal pada saat melakukan
pendokumentasian keperawatan. Dalam hal ini berfikir kritis adalah kemampuan
menggunakan bahasa secara reflektif
Lima macam
penggunaan bahasa dalam konteks berfikir kritis :
a. Memberikan informasi yang dapat diklarifikasi (informative
use of language)
b. Mengekspresikan perasaan dan sikap
(expressive use of language)
c. Melaksanakan perencanan keperawatan
atau ide-ide dalam tindakan keperawatan (directive use of language)
d. Mengajukan pertanyaan dalam rangka
mencari informasi, mengekspresikan keraguan dan keheranan (interrogative use of
language)
e. Mengekspresikan pengandaian
(conditional use of language)
2. Argumentasi dalam keperawatan
Badman
(1988) mengemukakan beberapa pengertian argumentasi terkait dengan konsep
berfikir dalam keperawatan adalah sebagai berikut :
a. Berhubungan dengan situasi
perdebatan atau pertengkaran (dalam bahasa sehari-hari)
b. Debat tentang suatu isu
c. Upaya untuk mempengaruhi individu
atau kelompok untuk berbuat suatu dalam rangka merubah perilaku sehat
d. Berhubungan dengan bentuk penjelasan
yang rasional dimana memerlukan serangkaian alas an perlunya suatu keyakinan
dan pengambilan keputusan atau tindakan.
3. Pengambilan keputusan
Dalam
praktek keperawatan sehari-hari, perawat selalu dihadapkan pada situasi dimana
harus mengambil keputusan dengan tepat. Hal ini dapat terjadi dalam interaksi
teman sejawat profesi lain dan terutama dalam penyelesaian masalah manajemen di
ruangan.
4. Penerapan dalam proses keperawatan
a.
Pada tahap pengkajian
Perawat
dituntut untuk dapat mengumpulkan data dan memvalidasinya dengan hasil
observasi. Perawat harus melaksanakan observasi yang dapat dipercaya dan
membedakannya dari data yang tidak sesuai. Hal ini merupakan keterampilan dasar
berfikir kritis. Lebih jauh perawat diharapakan dapat mengelola dan
mengkategorikan data yang sesuai dan diperlukan. Untuk memiliki keterampilan
ini, perawat harus memiliki kemampuan dalam mensintesa dan menggunakan
ilmu-ilmu seperti biomedik, ilmu dasar keperawatan, ilmu perilaku, dan ilmu
sosial
b. Perumusan diagnose keperawatan
Tahap
ini adalah tahap pengambilan keputusan yang paling kritikal. Dimana perawat
dapat menentukan masalah yang benar-benar dirasakan klien, berikut argumentasinya
secara rasional. Semakin perawat terlatih untuk berfikir kritis, maka ia akan
semakin tajam dalam menentukan masalah atau diagnose keperawatan klien, baik
diagnose keperawatan yang sifatnya possible, resiko, ataupun actual. Berfikir
kritis memerlukan konseptualisasi dan ketrampilan ini sangat penting dalam
perumusan diagnose, karena taksonomi diagnose keperawatan pada dasarnya adalah
suatu konsep (NANDA, 1998).
c.
Perencanaan keperawatan
Pada
saat merumuskan rencana keperawatan, perawat menggunakan pengetahuan dan alas
an untuk mengembangkan hasil yang diharapkan untuk mengevaluasi asuhan
keperawatan yang diberikan. Hal ini merupakan keterampilan lain dalam berfikir
kritis, pemecahan masalah atau pengambilan keputusan. Untuk hal ini dibutuhkan
kemampuan perawat dalam mensintesa ilmu-ilmu yang dimiliki baik psikologi,
fisiologi, dan sosiologi, untuk dapat memilih tindakan keperawatan yang tepat
berikut alasannya. Kemudian diperlukan pula keterampilan dalam membuat hipotesa
bahwa tindakan keperawatan yang dipilih akan memecahkan masalah klien dan dapat
mencapai tujuan asuhan keperawatan.
d. Pelaksanaan keperawatan
Pada
tahap ini perawat menerapkan ilmu yang dimiliki terhadap situasi nyata
yang dialami klien. Dalam metode berfikir ilmiah, pelaksanaan tindakan
keperawatan adalah keterampilan dalam menguji hipotesa. Oleh karena itu
pelaksanaan tindakan keperawatan merupakan suatu tindakan nyata yang dapat
menentukan apakah perawat dapat berhasil mencapai tujuan atau tidak.
e.
Evaluasi keperawatan
Pada
tahap ini perawat mengkaji sejauh mana efektifitas tindakan yang telah
dilakukan sehingga dapat mencapai tujuan, yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar
kien. Pada proses evaluasi, standar dan prosedur berfikir kritis sangat
memegang peranan penting karena pada fase ini perawat harus dapat mengambil
keputusan apakah semua kebutuhan dasar klien terpenuhi, apakah diperlukan
tindakan modifikasi untuk memecahkan masalah klien, atau bahkan harus mengulang
penilaian terhadap tahap perumusan diagnose keperawatan yang telah ditetapkan sebelumnya.
2.9
Faktor-faktor yang mempengaruhi berpikir kritis
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi berpikir kritis, diantaranya:
1)
Kondisi fisik: menurut Maslow dalam Siti Mariyam
(2006:4) kondisi fisik adalah kebutuhan fisiologi yang paling dasar bagi
manusia untuk menjalani kehidupan. Ketika kondisi fisik terganggu, sementara ia dihadapkan pada
situasi yag menuntut pemikiran yang matang untuk memecahkan suatu masalah maka
kondisi seperti ini sangat mempengaruhi pikirannya. Ia tidak dapat
berkonsentrasi dan berpikir cepat karena tubuhnya tidak memungkinkan untuk
bereaksi terhadap respon yanga ada.
2)
Motivasi: Kort (1987) mengatakan motivasi
merupakan hasil faktor internal dan eksternal. Motivasi adalah upaya untuk
menimbulkan rangsangan, dorongan ataupun pembangkit tenaga seseorang agar mau
berbuat sesuatu atau memperlihatkan perilaku tertentu yang telah direncanakan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menciptakan minat adalah cara yang
sangat baik untuk memberi motivasi pada diri demi mencapai tujuan. Motivasi
yang tinggi terlihat dari kemampuan atau kapasitas atau daya serap dalam
belajar, mengambil resiko, menjawab pertanyaan, menentang kondisi yang tidak
mau berubah kearah yang lebih baik, mempergunakan kesalahan sebagai kesimpulan
belajar, semakin cepat memperoleh tujuan dan kepuasan, memperlihatkan tekad
diri, sikap kontruktif, memperlihatkan hasrat dan keingintahuan, serta
kesediaan untuk menyetujui hasil perilaku.
3)
Kecemasan: keadaan emosional yang ditandai dengan
kegelisahan dan ketakutan terhadap kemungkinan bahaya. Menurut Frued dalam
Riasmini (2000) kecemasan timbul secara otomatis jika individu menerima
stimulus berlebih yang melampaui untuk menanganinya (internal, eksternal). Reaksi
terhadap kecemasan dapat bersifat; a) konstruktif, memotivasi individu untuk
belajar dan mengadakan perubahan terutama perubahan perasaan tidak nyaman,
serta terfokus pada kelangsungan hidup; b) destruktif, menimbulkan tingkah laku
maladaptif dan disfungsi yang menyangkut kecemasan berat atau panik serta dapat
membatasi seseorang dalam berpikir.
4)
Perkembangan intelektual: intelektual atau
kecerdasan merupakan kemampuan mental seseorang untuk merespon dan
menyelesaikan suatu persoalan, menghubungkan satu hal dengan yang lain dan
dapat merespon dengan baik setiap stimulus. Perkembangan intelektual tiap orang
berbeda-beda disesuaikan dengan usia dan tingkah perkembanganya. Menurut Piaget
dalam Purwanto (1999) semakin bertambah umur anak, semakin tampak jelas
kecenderungan dalam kematangan proses.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berpikir kritis dalam keperawatan adalah suatu komponen
penting dalam mempertanggungjawabkan profesionalisme dan kualitas pelayan
asuhan keperawatan. Berpikir kritis merupakan pengujian rasional
terhadap ide, pengaruh, asumsi, prisip, argumen, kesimpulan, isu, pertanyaan,
keyakinan, dan aktivitas.
Proses keperawatan yang
didasarkan pada paradigma model adaptasi dari Roy dan PNI mempunyai kerangka
berpikir kritis yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya secara
koherensi. Sakit terjadi jika individu tidak mampu beradaptasi secara holistis
dari stresor yang didapatkan. Intervensi keperawatan bertujuan sebagai stimulus
terhadap stres (sakit) yang berperan memperbaiki jenis koping (cognator)
individu melalui proses pembelajaran. Perbaikan respons cognator berpengaruh
terhadap sistem hormonal yang dirambatkan melalui mekanisme HPA-Aksis mempunyai
efek terhadap respons imunitas (Th) dalam Roy disebut regulator
sangat bermanfaat :) izin Copas y mbk...... mohon daftar pustaka nya dong mbk.... agar lebih afdhol.... heheheh terimakasih
BalasHapuspermisi . .
BalasHapusdapus adakah ?
makasih ,,